Selasa, 15 Desember 2015

Cerita yang Hidup Membutuhkan Perasaan

Apa yang terpikir pertama kali ketika akan menulis sebuah cerita? Apa yang paling menjadi sorotan menurutmu? Tokohnya? Konfliknya? Latarnya? atau Endingnya? 
Apapun itu letakkan lebih dulu empatimu terhadap ide ceritamu. Tulisan memang secara harfiah adalah sesuatu yang mati. Namun ketika membacanya buatlah siapapun merasa lebih hidup.

Bagaimana pembaca dapat merinding saat membaca sebuah kutipan kisah? Bagaimana konsumen buku tanpa sadar berlinangan air mata? Bagaimana penikmat buku tersenyum lega dengan kisah yang baru dibaca? Semua berawal dari si penulis yang mampu menikmati penulisan karyanya. Tentu penulis harus lebih dulu menghidupkan perasaannya dalam cerita sebelum akhirnya cerita itu benar-benar hidup dan menghidupkan perasaan orang lain.

Hanyutkan diri sendiri lebih dulu dalam sebuah karya sebelum akhirnya orang lain akan ikut hanyut bahkan tenggelam dalam cerita.

Penulis Dilarang Malas

Tekad untuk menjadi penulis bertalian erat dengan komitmen. Dibutuhkan keteguhan memegang prinsip sebagai penulis. Seperti halnya sebuah perjalanan. Menulis pun merupakan perjalanan. Selayaknya jalan tak akan selamanya rata, lurus dan mulus-mulus saja. Berbagai rintangan akan bermunculan disetiap tahap dan tingkatan. Kebijakan seorang penulis sangat menentukan hasil akhirnya. Bijak dalam menyikapi berbagai kendala.

Tidak cepat putus asa dengan kegagalan yang dihadapi. setiap penulis sukses memiliki kisah pahitnya masing-masing. Namun karena itulah mereka kini menjadi setegar batu karang. karena itulal juga mereka mampu menginspirasi banyak orang lewat kisah dan karya mereka.

Jangan biarkan diri kita tenggelam dalam kemalasan yang tak jarang menyerang pada awal cerita. Jika penyakit malas semakin kuat menyerang, nurani penulis sejati harus lebih kuat membentenginya.          

Kerangka Karangan

Kapanpun ide dapat muncul dan mendekam dalam benak seseorang. Namun sering pula ide tersebut hanya sekedar melintas. Singkat dan mudah dilupakan dengan sesaat. Apalagi jika suatu ide muncul, kita mengabaikannya. Kemudian muncul ide yang lain lalu kita abaikan lagi. maka semakin banyak cikal bakal karya besar yang lenyap begitu saja.

Untuk menghindari hal itu, sangat penting untuk langsung mencatat apapun ide yang datang maupun hanya sekedar melintas dalam pikiran. buatlah coretan-coretan yang mudah dipahami tentang inti dari pemikiranmu. pastikan saat membacanya kembali kamu mampu mengingat dengan baik ide tersebut.

jika tulisan tidak cukup menarik. gunakanlah kreasi gambar yang sama atau paling mirip dengan idemu.

sediakan selalu notes kemanapun kamu pergi. baik berupa lembaran kertas maupun aplikasi dalam gadget. 

jangan biarkan idemu berlalu dan dipikirkan oleh orang lain sebelum kamu menerbitkannya.                                                                                   

Kamis, 10 Desember 2015

Mengangkat Tema

Kita sering berlari-lari dalam pikiran sendiri. Mencari apa yang patut untuk diangkat sebagai sebagai topik karangan. Memutar kata, melayangkan imajinasi, berusaha keras menemukan hal yang paling menarik. Namun terkadang sampailah kita dititik jemu. Tak kunjung mendapatkan hal yang memukau.
 
Maka, disinilah kesederhanaan harus berperan. Jika jutaan kata indah telah dirangkai untuk mengisahkan bintang yang hanya sekecil itu dari bawah sini. Tak mustahil ide akan bermunculan dari sisi gelap di sekitar bintang, yang bahkan jauh lebih besar dari bintang itu. Sisi gelap ini berperan besar bagi bintang, karenanya lah bintang itu nampak indah bersinar.
 
So, kuaklah hal sederhana yang bertebaran disekitarmu sebagai topik yang menarik. Mengungkap hal sederhana yang selalu nampak namun seolah tercampak. Mengamati hal sederhana menjadi istimewa. Karena yang luar biasa tak selalu mewah.

Minggu, 06 Desember 2015

Nikmati Prosesnya

Banyak yang bilang bahwa memulai suatu hal baik adalah sulit.  Nyatanya membiasakannya lah yang sulit.

Aku terbiasa menulis diary sejak kelas 3 SD. Tanpa rencana ternyata semua berlanjut hingga kini aku berusia hampir 20 tahun. Tidak ada harapan yang muluk. Aku hanya ingin membagi cerita sederhana meski hanya pada lembaran kertas yang bisu.

Banyak hal terjadi berkelanjutan secara berkala hanya karena motivasi sederhana, keinginan sederhana atau mungkin tujuan sederhana yang tak terucap.

Jika jiwamu adalah jiwa penulis sejati. Buku best seller bukanlah tujuanmu yang mutlak. Tapi kesediaan hatimu untuk tetap menulis dengan kebahagiaan disetiap rangkaian kata menunjukkan bahwa menulis adalah nafasmu. Meski karya populer belum terlahir, tapi perhatikan dan nikmatilah proses ini. Bukankah kesuksesan yang indah karena perjuangan luar biasa yang telah dihadapi? So, hidupkan terus nafasmu itu. Bahagia itu sesederhana kita mampu memahami diri sendiri dengan bijak. 😇

Selasa, 24 November 2015

Untuk Semua Orang Termasuk Diri Kita

Pilihlah manfaat terbaik dari tulisanmu. Pastikan kamu sudah menggunakan filter untuk tulisanmu. Jangan sampai ada pihak yang dirugikan atas tulisanmu terkhusus untuk tulisan yang dipublikasikan.
Setiap yang kita perbuat akan kita tuai pula akibatnya. Buatlah tulisan yang bermanfaat dan berdasarkan fakta.
 
Seandainya saja itu adalah sebuah motivasi untuk orang lain, jangan sebarkan sebelum hal itu memotivasimu. Jika itu sebuah pembelajaran jangan sampaikan sebelum kamu memahaminya sendiri. Tulisanmu untuk semuanya, tidak berarti semua orang lain saja. Tapi termasuk dirimu sendiri.

Sahabat Bercerita

Saat tidak ada yang cukup baik untuk mendengar cerita kita. Saat seseorang mengabaikan keluh kita. Saat mereka yang kita ajak bicara terlalu sibuk dengan urusan mereka. Saat untaian kisah kita hanya menjadi angin lalu bagi orang lain. Buku dan pena mampu menemani. Seperti apapun masalah yang kita curahkan padanya dia senantiasa menampungnya. Tidak ada keluh darinya. Seburuk apapun hal yang kita alami, dia tidak pernah lelah mendengarnya. Selalu terbuka untuk apapun yang ingin kita sampaikan padanya.
 
Meski tak bersuara. Meski tak menjawab apa yang kita tanyakan setidaknya dia yang sederhana mampu menjadi sahabat yang setia.
 
Terkadang bersuara kepada orang lain tidak cukup baik. Kita harus memilih dengan bijak teman yang akan menjadi konsumen cerita kita. Salah salah kejelekan kita bisa menyebar ke khalayak umum.
 
Begitu juga dengan menulis. Bukan berarti kita bisa sepuasnya mengumbar cerita di media sosial lalu seluruh dunia membacanya. Penulis yang baik tahu yang mana tulisan layak dan patut dibagikan dan yang tidak.